Rabu, 23 Maret 2011

Herpes Zoster

Penyakit ini terjadi sporadis sepanjang tahun tanpa mengenal musim, dikenal sebagai reaktivasi infeksi laten endogen virus varisela zoster. Infeksi ini menyerang kulit dan mukosa. Frekuensi pria dan wanita sama, lebih sering mengenai usia dewasa.

Anamnesis

Gejala biasanya ditandai dengan nyeri, parestesia sepanjang dermatom, gatal, rasa terbakar mulai dari ringan sampai berat. Nyeri dapat menyerupai pleuritis, infark  jantung, nyeri duodenum, kolesistitis, kolik ginjal atau empedu, apendisitis bergantung pada daerah yang terkena.
Gejala konstitusi juga dapat dijumpai, misalnya nyeri  kepala, malese, dan demam. Gejala prodormal dapat berlangsung selama beberapa hari sampai dengan satu minggu.


Pemeriksaan fisis
  • Status generalisata
Keadaan umum dapat bervariasi mulai dari ringan sampai berat. pasien dapat  tampak sakit berat bila kelainannya menyerang daerah mukosa.

  • Status dermatologikus
*Gejala prodormal : lokal, nyeri otot, tulang, pegal, gatal, hiperestesia dan lain-lain; sistemik, malese, demam, pusing timbul papul dan vesikel berkelompok. Kemudian vesikel jernih menjadi keruh dan mengalami stadium krustasi.
* Erupsi kulit berkembang berurutan kulit erimatosa kemudian timbul papul dan vesikel jernih menjadi keruh dan mengalami stadium krustasi.
* Infeksi lanjut : herpes zoster oftalmika, sindrom Ramsay-Hunt dan diseminata
* Komplikasi : neuralgia pasca herpetik (NPH).

Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan sediaan apus Tzanck ditemukan sel datia berinti banyak.

Kriteria diagnosis
Berdasarkan manifestasi klinis

Tata Laksana

1. Topikal
Usahakan agar vesikel tidak pecah dan cegah infeksi sekunder dengan:
·        Pembersih bedak salisil 2%
·        Bila vesikel sudah pecah atau krustasi dapat diberikan salep/krim antibiotik
·        Bila timbul ulserasi dapat diberikan salep perangsang granulasi dan epitelisasi contoh salep salisil 2% selain pemberian salep krim antibiotik.

2. Sistemik
·        Simtomatik untuk gejala prodormal
·        Bila timbul ulserasi kulit kurang dari 72 jam dapat diberikan asiklovir 5x800 mg/hari atau valasiklovir 3x1.000 mg/hari atau famsiklovir 3x500 mg/hari selama 7 hari
·        Bila terjadi meningitis atau viremia lainnya dapat diberikan asiklovir intravena dengan dosis 10 mg/kgBB/hari, tiga kali sehari.
·        Bila erupsi timbul di area oftalmik, konsulkan ke Departemen mata.
·        Bila terjadi gangguan keseimbangan dan vertigo, tinitus, nistigamus, gangguan pendengaran, konsulkan ke departemen THT.
·        Bila pasien dengan predisposisi NPH dapat segera diberi amitripilin 10-12,5 mg/1x perhari atau garbapetin 100-300 mg/1x perhari sebagai analgetiknya.
·        Asiklovir dapat diberikan pula dalam keadaan :
- Usia 50 tahun dengan lesi lebih dari tiga hari
- Komplikasi mata
- Sindroma Ramsay Hunt
- Penderita dengan imunokompromais
- Masih timbul lesi baru walaupun erupsi sudah lebih 3 hari


Neuralgia pasca herpetik merupakan komplikasi yang sering muncul pada pasien berumur 60 tahun yang ditandai dengan nyeri spontan/alodinia, konstan/intermitten, rasa terbakar/tertusuk, dan lain sebagainya.

Pengobatan Neuralgia Pasca Herpetik
·        Analgetik
-         Amitriptilin 12,5-25 mg/hari, bila tidak teratasi dengan dosis dititrasi setiap 3-5 hari sampai dosis maksimal 75 mg. Kalau tidak ada perubahan konsul neurologi.
-         Atau garbapetin 100-300 mg/hari, bila tidak ada respon dosis ditingkatkan pada hari ke-3 dan seterusnya sampai dosis maksimal 1800-3600 mg/hari.

·        Topikal kapsaisin krim 0,025-0,075%/ lidokain patch 5%

Kriteria penyembuhan
Erupsi kulit stadium krustasi selesai.
Pencegahan dan pendidikan
·        Istirahat selama ada erupsi sampai stadium krustasi
·        Tidak menggaruk lesi

Daftar pustaka
1.     Straus SE, Oxman MN, Schmader K.E. Varisela and herpes zoster. Dalam; Freedberg IM, Elsen AZ, Wolf K, Fitpatric TB (ed). Dermatology in General Medicine, Edisi ke-6. New york: Mc Graw-Hill, 2003:2070-85.
2.     Herpes zoster and postherpetic neuralgia : prevention and management : Mounasey AL., Mathew LG, Slawson DC. Am Fam Physician 2005; 72;1075-80.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar